Jadi inget hari Minggu tanggal 8 Mei kemaren ada reuni SMP, sebenarnya mau nulis dari beberapa hari yang lalu tapi baru sempat sekarang.
Setelah reuni itu kini jadi sering membuka buku akhir tahun SMP dulu, karena kemaren pas reuni jadi kayak orang bego, clingak-clinguk kyk g ada yang kenal...hehe..muka mereka berubah semua. hanya ada beberapa anak yang masih aku kenal dengan baik tampangnya karna tidak ada yang berubah dari wajah, hanya dari postur aja yang sekarang rata-rata lebih tambun..:d.
Ada sebuah moment yang sangat berkesan... Saat itu sesi istirahat, aku ngumpul dengan teman-teman sesama 3D dulu karena aku memang paling dekat dan bahagia saat kelas 3. Dulu waktu kls 3 semua anak punya nama panggilannya sendiri-sendiri, pokoknya saat itulah masa terbahagia yang ku miliki. Sayangnya teman2 3D hanya ada 7 orang :(, Aku, Larbi (iwak), Indah Puji (londo), Yudhis (bendhot), Adhe (gowang), Agus Joko (werog) dan Dani (pendek)..wkwkwkwk geli bgt kl ingat nama2 itu.
Kebetulan yang lain entah dimana, aku ngobrol dengan si Werog, si Iwak, dan si Gowang...(laaah, kok binatang semua? :d). Entah tadinya ngmngin apa kok tiba-tiba mereka nyebut-nyebt nama Sigit. Aku yang 80% lupa ma nama2 n wajah2 temen SMP q tanya ma mereka
"Sigit yang mana sih?"
Werog bilang " halah, yang itu lho...yang kepalanya ada tumornya." setelah itu dia ngakak2 "...wkwkwkwk". Aku tanya lagi ma Iwak krn lom terlintas di ingatan q. cz setahuku ga ada temenku yang kepalanya ada tumor 'Yang mana sih? perasaan ga ada yg tumor.."
"Yang nulisnya ngede itu lho..."
"Oo...ada ya? gtau deh...mang aku kenal?"
Karna aku ga mudeng2 anka yang namanya Sigit itu maka Gowang buruan bilang " Nggak,..nggak knl deh km kyknya..."
Seusai reuni aku pulang dengan masih membawa rasa penasaran, yang mana sih yang namanya Sigit itu?
Akhirnya saat dirumah aku buka kembali album kenangan SMP dulu sekalian nostalgia dan mengingat wajah2 siapa saja uyang kutemui tadi. Segera aku teringat untuk mencari anak bernama Sigit. kelas IIIA, III B, III C, kelasku III D, ga ada...masuk ke III E akhirnya terhentilah mata ku pada foto seorang anak laki-laki yang sedang tersenyum dengan pandangan mata yang sederhana. Di sebelah kirinya bertuliskan nama SIGIT TRI PRASETYO. Oh, sekarang aku ingat anak ini!
Seperti yang dikatakan temanku tadi, kepalanya memang agak besar, tidak proporsional dengan tubuhnya yang kurus kecil, dan kepalanya yang sebelah kanan memang lebih menonjol. Aku ingat kini, dia adalah temanku saat masih di kelas II. Bagaimana bisa aku lupa? Dia adalah Sigit yang selalu duduk di belakang. Dialah Sigit yang terlupakan, tidak dulu ataupun sekarang. Dulu tak ada teman yang begitu memperhatikan dia, tak ada yang perduli apakah dia masuk sekolah atau absen, tak ada yang perduli apakah dia ikut jam olahraga atau terbaring di UKS. At that time, it seems like everyopne hate him... Kalopun ada yang mengingatnya itu hanya untuk menjadikannya bulan-bulanan hanya karena Sigit jelek. Memang, Sigit punya ukuran kepala besar yang aneh, sudut mata yang melorot hampir mirip seperti mata kambing, dan lengan yang kecil seperti lengan anak perempuan, dan wajahnya seperti anak autis. Karena itulah teman-teman sering berlaku kasar padanya, hampir semua anak di kelas II berlaku jahat padanya saking banyaknya bahkan aku mungkin juga pernah menjahatinya.
Sering dia dibentak tanpa alasan, di ketok kepalanya, atau tidak diperhatikan saat ia bertanya. Entah kenapa anak-anaka sangat membencinya, bahkan jika saat ulangan ada anak lain yang nilainya lebih jelek darinya maka buku Sigit atau kertas hasil ulangannya akan di lempar hingga berceceran. mereka seolah berkata "Tampangmu seperti anak idiot, maka seharusnya kau jadi anak idiot saja. Nilai bagus ini tak pantas untukmu!"
Tapi apakah Sigit akan marah atau melaporkan kelakuan temannya pada guru BP? tidak. Seperti biasa dia hanya akan tersenyum dan meminta bukunya kembali dengan baik-baik. Jika temannya menolak maka dia akan tunggu anak itu sampai temannya meniggalkan buku yang direbut untuk kemudian dia ambil lagi dalam keadaan yang sudah berantakan.
Dia tidak punya marah dan dendam, yang dia punya hanya senyum. Dia juga tidak pernah berkeluh kesah. Dia tidak pernah protes akan apa yang terjadi pada dirinya yang terlahir buruk rupa dan selalu dikasari. Ah, aku jadi mengaca pada diriku sendiri. aku sering sekali mengeluh kenapa aku tidak tinggi, kenapa kulitku tidak terang? kenapa rambutku terlalu mengembang? Andai saat mengeluh aku ingat ada Sigit maka harusnya aku malu.
Sigit Tri Prasetyo si anak yang terlupakan. Begitu banyak yang membenci begitu banyak yang tidak peduli. Aku bahkan jarang sekali atau bahkan tidak pernah berbicara padanya.
Sigit si anak yang selalu tersenyum... tak akan pernah dilupakan dia apabila orang menngingatnya lewat senyuman yang ia miliki. Ia memiliki senyuman yang ikhlas dan raut wajah yang tabah juga sorot mata yang memancarkan kesederhanaan batin.
Dia yang selalu tersenyum bahkan ketika anak-anak lain memilih untuk memasang wajah cemberut saat di foto untuk album kenangan, Sigit seperti biasa memilih untu tersenyum dengan senyumnya yang ikhlas dan sederhana.
Oh ya, di kolom biodatanya tertulis, cita-cita: Jadi Orang Sukses.
Ya Allah.... pabila di masa lalu aku punya salah padanya sengaja ataupun tidak maka maafkanlah kesalahanku dan muliakanlah dia karena kesalahan-kesalaan yang telah aku perbuat padanya. Dan kabulkanlah cita-cita yang dia inginkan, untuk menjadi orang sukses!
Aamiin...ya Allah...